Sabtu, 19 Maret 2016

Banjir ‘Terparah’ Bandung 10 Tahun Terakhir


         Hujan yang turun secara berkala belakangan ini ternyata berdampak cukup serius bagi masyarakat Kabupaten Bandung. Pasalnya, 15 kecamatan yang terdapat di daerah Jawa Barat tersebut sukses terendam guyuran air yang masuk ke daerah ini dan membuat 24 ribu jiwa terkena dampak banjir tahunan tersebut.
                ke-15 daerah di Kabupaten Bandung yang terendam banjir meliputi Kecamatan Cicalengka, Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Solokan Jeruk, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Arjasri, Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Katapang, dan Kecamatan Kutawaringin.
            Terpantau, hujan mulai menyerbu daerah ini sejak 8 Maret 2016. Namun, saat itu air tidak langsung berkumpul membentuk banjir yang menyelimuti keseluruhan daerah tersebut, tetapi dengan cara perlahan-lahan. Puncak deras hujan yang menambah ketinggian air yaitu terhitung sejak tanggal 12 Maret 2016. Curah hujan saat itu dimulai dari sore hingga malam hari yang membuat banjir makin meluas.
            Banyak pendapat yang satu persatu muncul terkait parahnya banjir yang terjadi tahun ini. Adapula isu perbincangan masyarakat di tengah bencana yang mengatakan bahwa hujan memang dinilai lebih deras sejak adanya Gerhana Matahari Total pada tanggal 9 Maret lalu.
            "Curah hujannya bisa dilihat (lebih deras) sejak gerhana. Jadi saya punya patokan ke sana," kata Kepala BPBD Jawa Barat Haryadi Wargadibrata di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (14/3/2016).
            Selain karna curah hujan yang tinggi, diperkirakan setelah Gerhana Matahari Total terjadi, gaya gravitasi ikut berubah. Dan dikarenakan 2 hal tersebut, alhasil, banjir pun tidak dapat dicegah. Ternyata memang banjir yang terjadi kali ini sangat sulit untuk di prediksi.
            Memang jika dibandingkan dengan banjir yang terjadi tahu lalu, banjir tahun ini lebih sedikit kawasan yang ‘termakan’ air. Tahun ini terdapat 5 kecamatan dilaporkan yang dilanda banjir, sedangkan tahun lalu ada 9 kecamatan. Namun, meski jumlah kecamatan yang dilanda banjir tahun ini lebih sedikit, tapi luasan banjir lebih besar, terutama di kawasan bagian selatan. Dan bukan tidak mungkin, tingkat kerusakan dari dampak banjir pada rumah warga akan lebih parah dari tahun lalu.
            Bukan hanya kerugian dalam bentuk materi yang dirasakan masyarakat sekitar, tetapi mereka harus memiliki mental yang kuat dalam menghadapai musibah seperti ini, terutama pada warga yang dimana salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia ataupun menghilang akibat terbawa arus banjir yang cukup deras. Karena dikabarkan hingga saat ini tercatat dua orang meninggal dunia dan tiga orang lainnya dinyatakan menghilang ditengah kejadian ini. Tim BPBD dan Basaras dikerahkan untuk melakukan pencarian.
Yang paling menjadi sorotan hingga kini adaah Sungai Citarum. Hal itu dikarenakan sungai tersebut sering meluap saat hujan terjadi dengan intensitas yang cukup tinggi. Upaya pemerintah melakukan pengerukan Sungai Citarum pun belum membuahkan hasil. Sempat dikeruk beberapa kali, hal itu belum mampu mencegah terjadinya banjir. Bahkan, ketika Sungai Citarum meluap dan surut beberapa waktu kemudian, pasir yang mengendap bisa terlihat dan meluap ke permukaan. Tak heran, 3 ribu jiwa sekitar bantaran sungai Citarum terpaksa harus mengungsi karena ketinggian air mulai memasuki angka 80 cm hingga 3 meter.
BPBD sendiri saat ini terus berupaya menangani banjir di lokasi. Para korban banjir pun diungsikan ke berbagai lokasi. Tapi masih ada sebagian warga yang memilih bertahan di rumahnya. Dalam menangani banjir, BPBD bekerjasama dengan berbagai pihak mulai dari BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan berbagai pihak lainnya.
            Dapur umum pun sudah didirikan di berbagai titik dan siap dikerahkan untuk membantu melayani masyarakat korban banjir. Di sisi lain, penyaluran logistik pun disalurkan ke pengungsian dan rumah warga yang memilih bertahan meski banjir melanda.
            "Banjir kali ini bisa dikatakan paling parah selama 10 tahun terakhir. Ada beberapa lokasi yang ketinggian airnya mencapai 3,3 meter," kata Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Bandung Dadang Wahidin ketika dihubungi melalui telepon, Minggu (13/3/2016).

Ia mengatakan, beberapa lokasi yang sebelumnya tidak terkena banjir sekarang ikut dilanda bah.
            "Selama 20 tahun terakhir, Kantor Kecamatan Dayeuhkolot tidak pernah kena banjir, tetapi sekarang ketinggian air di sana mencapai 35 cm," ujar Dadang.
            "Kemarin itu, hujan cukup deras. Air mulai naik dan masuk ke permukiman warga itu, Sabtu kemarin, sekitar pukul 05.00 sore," katanya.
            Bahkan, dilihat dari angka ketinggian air tersebut, Hendrawan selaku Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung juga dengan mantap menyebutkan bahwa banjir tahunan yang terjadi tahun ini bisa dibilang sebagai banjir terparah yang terjadi selama 10 tahun terakhir.
            "Mungkin saja (terparah). Saya tidak keberatan, karena tahun 2014 kawasan Unilo, Jalan Raya Banjaran tidak tergenang. Sekarang malah semakin maju (tergenang). Saya kira karena sedimentasi yang terus-menerus memenuhi luas sungai, tak terkendali terus bertambah. Dan sungai itu saat banjir surut pasirnya terlihat di permukaan," kata dia di Bandung, Minggu (13/3/2016).
            Beliau pun menambahkan, dari keseluruhan lokasi yang terendam air di kawasan tersebut terdapat 3 daerah yang dinobatkan sebagai yang terparah, yaitu Kecamatan Baleendah, Kecamatan Bojong Soang dan Dayeuh Kolot.
            "Para korban kita ungsikan di titik tertentu di Kecamatan Baleendah dan lainnya. Lebih dari 1.000 itu baru di satu Kelurahan Andir, jadi saya prediksi saat ini pengungsi 3.000 hanya di Kecamatan Baleendah. Yang lain masih dalam pendataan," kata Iqbal.
                Titik-titik terparah rawan banjir menurut catatan adalah kawasan Baleendah dan DayeuhKolot. Oleh karena itu, sejumlah perahu disiagakan demi keamanan masyarakat setempat mengingat debit air terus meningkat akibat hujan deras di bagian hulu.
                "Perahu selalu ada dan siap, pasalnya banjir sekarang sulit diprediksi, kadang langsung naik. Perahu satu-satunya alat transportasi untuk menembus banjir," kata Munawar, warga Kampung Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, Minggu (13/3/2016).
            Dengan adanya perahu-perahu tersebut warga merasa sangat senang dan merasa tertolong. Walaupun perahu-perahu tersebut hanya dikerahkan saat banjir datang, tetapi mereka tidak akan merasa sulit lagi untuk menyeberangi jalan ketika volume air mulai menginjak angka 1 meter.
            Di lain tempat, hujan deras kerap menghampiri kawasan Bandung Selatan, tepatnya di perbatasan Kecamatan Majala dan Ciparay. Jalanan aspal sepanjang 1 kilometer kerap tidak terlihat karena tertutup luapan air kiriman dari pegunungan yang sudah tidak dapat ditampung lagi.
            Akibat banjir air bah itu jalan itu terendam dan tidak bisa dilintasi oleh kendaraan, khususnya sepeda motor dan kendaraan kecil. Padahal jalan itu merupakan jalur utama Bandung - Majalaya.
            Kabar buruk lain datang bagi penghuni rumah yang memutuskan untuk tidak mengungsi dan tetap tinggal dirumah masing-masing. PLN terpaksa menghentikan pasokan aliran listrik. Tujuannya demi menjaga faktor keamanan di kawasan banjir.
Manajer Distribusi PLN Distribusi Jawa Barat Agus Kuswardoyo mengatakan, pemadaman sudah dilakukan sejak Sabtu 12 Maret 2016 malam hingga hari ini. "Sampai pukul 13.00 WIB tadi ada 17 gardu yang dipadamkan listriknya oleh PLN dengan jumlah pelanggan 8.554," kata Agus dalam siaran persnya, Minggu (13/3/2016).
Adapun kawasan yang listriknya dipadamkan PLN adalah sebagian wilayah Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah. Diputusnya aliran listrik sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). PLN langsung memadamkan listrik dari gardu jika ketinggian air mencapai 1 meter atau ada permintaan.
PLN pun menyebar petugas ke berbagai titik di kawasan banjir. Mereka berjaga-jaga untuk melakukan tugasnya berkaitan dengan aliran listrik agar tidak jatuh korban.
"Untuk mencegah warga tersetrum akibat adanya aliran listrik saat banjir, kita mengimbau kepada warga yang tempat tinggalnya mulai tergenang untuk segera melapor ke call center PLN di nomor 022123 agar petugas segera memadamkan pasokan listrik ke wilayah tersebut," pungkasnya.
            Tak hanya sampai disitu, bencana didalam bencana memang kerap terjadi. Akibat lain yang ditimbulkan dalam guyuran hujan menyebabkan longsor di Kampung Lemburkebon RT 3 RW 7 Desa Padasuka, Kec Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam bencana susulan tersebut karena para penghuni rumah yang masih didalam berhasil menyelamatkan diri dengan keluar dari hunian mereka meskipun akhirnya rumah mereka tertimbun material longsor seluruhnya.
            Dibelakang semua bencana yang telah terjadi, ada seseorang yang mengaku kerap di bully dan disangkutpautkan dengan bencana alam tersebut. Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung itu memang akhir-akhir ini terlihat sering di sindir dan di bully oleh netizen terkait bencana banjir Kabupaten Bandung.  Padahal, kesalahan bukan ada pada Ridwan Kamil selaku Wali Kota Bandung melainkan para netizen sendiri yang kurang teliti dalam membaca berita yang tersebar di media social. Mereka dianggap hanya membaca judul berita saja, tidak beserta isi berita yang terkait. Alhasil, mereka menyimpulkan bahwa banjir tersebut terjadi di Kota Bandung.
            Jadi sangat jelas kejanggalan disini menurut Ridwan Kamil. Sangat disayangkan, mengapa malah kebanyakan mayoritas publik Kota Bandung yang banyak mengeluh banjir dimana-mana padahal sebenarnya yang terjadi berada diluar Kota Bandung itu sendiri. Yang lebih membuat jengkel, mereka juga tidak lelah mengeluh saat musim kemarau tiba, dan membawa-bawa masalah baru seperti krisis air.
            Beliau pun meminta awak media massa untuk memberikan informasi yang lengkap dan akurat dalam arti tidak setengah-setengah dalam memuat judul berita karena akan menimbulkan salah penafsiran yang mungkin bisa berakibat fatal pada pihak tertentu.
            "Ini sering banget terjadi dari dulu. Cicalengka banjir, ngambek ke saya. Pasar Lembang kebakaran ngambek ke saya, Cimahi juga kadang-kadang. Jadi apa susahnya media mengakurasikan nama letak (kejadian) itu seakurat mungkin," tandas Emil.
            Untuk membenahi kesalahan yang terjadi, Ridwan Kamil menantang para mahasiswa untuk membuat inovasi baru material jalan anti banjir. Sehingga, ketika air jatuh diatasnya, material tersebut akan meresap air kebawah dan air tidak akan tergenang. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan akan segera memakainya jika ada yang memiliki inovasi tersebut. "Kalau ada, minggu depan saya langsung pakai," ucapnya.

            Sejauh ini, ia pun belum menemukan material yang dimaksudnya di Indonesia. Material jalan yang bisa menyerap air dinilai jadi solusi nyata agar warga tidak mengeluh saat hujan karena banjir atau kekeringan saat musim kemarau.

Annisa Mutia
1113140
3KA11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar