Hujan
yang turun secara berkala belakangan ini ternyata berdampak cukup serius bagi
masyarakat Kabupaten Bandung. Pasalnya, 15 kecamatan yang terdapat di daerah
Jawa Barat tersebut sukses terendam guyuran air yang masuk ke daerah ini dan
membuat 24 ribu jiwa terkena dampak banjir tahunan tersebut.
ke-15 daerah di Kabupaten
Bandung yang terendam banjir meliputi Kecamatan
Cicalengka, Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Solokan Jeruk,
Kecamatan Majalaya, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Baleendah, Kecamatan
Dayeuhkolot, Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Banjaran,
Kecamatan Arjasri, Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Katapang, dan Kecamatan
Kutawaringin.
Terpantau,
hujan mulai menyerbu daerah ini sejak 8 Maret 2016. Namun, saat itu air tidak
langsung berkumpul membentuk banjir yang menyelimuti keseluruhan daerah
tersebut, tetapi dengan cara perlahan-lahan. Puncak deras hujan yang menambah
ketinggian air yaitu terhitung sejak tanggal 12 Maret 2016. Curah hujan saat
itu dimulai dari sore hingga malam hari yang membuat banjir makin meluas.
Banyak
pendapat yang satu persatu muncul terkait parahnya banjir yang terjadi tahun
ini. Adapula isu perbincangan masyarakat di tengah bencana yang mengatakan
bahwa hujan memang dinilai lebih deras sejak adanya Gerhana Matahari Total pada
tanggal 9 Maret lalu.
"Curah hujannya bisa dilihat (lebih deras) sejak gerhana. Jadi saya
punya patokan ke sana," kata Kepala BPBD Jawa Barat Haryadi Wargadibrata
di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (14/3/2016).
Selain karna curah hujan yang
tinggi, diperkirakan setelah Gerhana Matahari Total terjadi, gaya gravitasi
ikut berubah. Dan dikarenakan 2 hal tersebut, alhasil, banjir pun tidak dapat
dicegah. Ternyata memang banjir yang terjadi kali ini sangat sulit untuk di
prediksi.
Memang jika dibandingkan dengan
banjir yang terjadi tahu lalu, banjir tahun ini lebih sedikit kawasan yang
‘termakan’ air. Tahun ini terdapat 5 kecamatan dilaporkan yang dilanda banjir,
sedangkan tahun lalu ada 9 kecamatan. Namun, meski jumlah kecamatan yang
dilanda banjir tahun ini lebih sedikit, tapi luasan banjir lebih besar,
terutama di kawasan bagian selatan. Dan bukan tidak mungkin, tingkat kerusakan
dari dampak banjir pada rumah warga akan lebih parah dari tahun lalu.
Bukan hanya
kerugian dalam bentuk materi yang dirasakan masyarakat sekitar, tetapi mereka
harus memiliki mental yang kuat dalam menghadapai musibah seperti ini, terutama
pada warga yang dimana salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia
ataupun menghilang akibat terbawa arus banjir yang cukup deras. Karena
dikabarkan hingga saat ini tercatat dua orang meninggal dunia dan tiga orang
lainnya dinyatakan menghilang ditengah kejadian ini. Tim BPBD dan Basaras
dikerahkan untuk melakukan pencarian.
Yang paling menjadi sorotan
hingga kini adaah Sungai Citarum. Hal itu dikarenakan sungai tersebut sering
meluap saat hujan terjadi dengan intensitas yang cukup tinggi. Upaya
pemerintah melakukan pengerukan Sungai Citarum pun belum membuahkan hasil.
Sempat dikeruk beberapa kali, hal itu belum mampu mencegah terjadinya banjir.
Bahkan, ketika Sungai Citarum meluap dan surut beberapa waktu kemudian, pasir
yang mengendap bisa terlihat dan meluap ke permukaan. Tak heran, 3 ribu jiwa sekitar bantaran sungai Citarum
terpaksa harus mengungsi karena ketinggian air mulai memasuki angka 80 cm
hingga 3 meter.
BPBD
sendiri saat ini terus berupaya menangani banjir di lokasi. Para korban banjir
pun diungsikan ke berbagai lokasi. Tapi masih ada sebagian warga yang memilih
bertahan di rumahnya. Dalam menangani banjir, BPBD bekerjasama dengan berbagai
pihak mulai dari BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan berbagai pihak lainnya.
Dapur umum pun sudah didirikan di berbagai titik dan siap dikerahkan
untuk membantu melayani masyarakat korban banjir. Di sisi lain, penyaluran
logistik pun disalurkan ke pengungsian dan rumah warga yang memilih bertahan
meski banjir melanda.
"Banjir kali ini bisa dikatakan paling parah selama 10 tahun
terakhir. Ada beberapa lokasi yang ketinggian airnya mencapai 3,3 meter,"
kata Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Bandung Dadang Wahidin
ketika dihubungi melalui telepon, Minggu (13/3/2016).
Ia mengatakan, beberapa lokasi yang sebelumnya tidak terkena banjir sekarang ikut dilanda bah.
Ia mengatakan, beberapa lokasi yang sebelumnya tidak terkena banjir sekarang ikut dilanda bah.
"Selama 20
tahun terakhir, Kantor Kecamatan Dayeuhkolot tidak pernah kena banjir, tetapi
sekarang ketinggian air di sana mencapai 35 cm," ujar Dadang.
"Kemarin itu, hujan cukup
deras. Air mulai naik dan masuk ke permukiman warga itu, Sabtu kemarin, sekitar
pukul 05.00 sore," katanya.
Bahkan,
dilihat dari angka ketinggian air tersebut, Hendrawan selaku Kabid Kedaruratan
dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung juga dengan mantap menyebutkan bahwa banjir
tahunan yang terjadi tahun ini bisa dibilang sebagai banjir terparah yang
terjadi selama 10 tahun terakhir.
"Mungkin saja (terparah). Saya tidak keberatan, karena tahun 2014
kawasan Unilo, Jalan Raya Banjaran tidak tergenang. Sekarang malah semakin maju
(tergenang). Saya kira karena sedimentasi yang terus-menerus memenuhi luas
sungai, tak terkendali terus bertambah. Dan sungai itu saat banjir surut
pasirnya terlihat di permukaan," kata dia di Bandung, Minggu (13/3/2016).
Beliau pun menambahkan, dari
keseluruhan lokasi yang terendam air di kawasan tersebut terdapat 3 daerah yang
dinobatkan sebagai yang terparah, yaitu Kecamatan Baleendah, Kecamatan
Bojong Soang dan Dayeuh Kolot.
"Para korban kita ungsikan di titik tertentu di
Kecamatan Baleendah dan lainnya. Lebih dari 1.000 itu baru di satu Kelurahan
Andir, jadi saya prediksi saat ini pengungsi 3.000 hanya di Kecamatan
Baleendah. Yang lain masih dalam pendataan," kata Iqbal.
Titik-titik
terparah rawan banjir menurut catatan adalah kawasan Baleendah dan DayeuhKolot.
Oleh karena itu, sejumlah perahu disiagakan demi keamanan masyarakat setempat
mengingat debit air terus meningkat akibat hujan deras di bagian hulu.
"Perahu selalu ada dan siap, pasalnya banjir sekarang sulit
diprediksi, kadang langsung naik. Perahu satu-satunya alat transportasi untuk
menembus banjir," kata Munawar, warga Kampung Andir Kecamatan Baleendah
Kabupaten Bandung, Minggu (13/3/2016).
Dengan adanya perahu-perahu tersebut
warga merasa sangat senang dan merasa tertolong. Walaupun perahu-perahu
tersebut hanya dikerahkan saat banjir datang, tetapi mereka tidak akan merasa
sulit lagi untuk menyeberangi jalan ketika volume air mulai menginjak angka 1
meter.
Di lain tempat, hujan deras kerap
menghampiri kawasan Bandung Selatan, tepatnya di perbatasan Kecamatan Majala
dan Ciparay. Jalanan aspal sepanjang 1 kilometer kerap tidak terlihat karena
tertutup luapan air kiriman dari pegunungan yang sudah tidak dapat ditampung
lagi.
Akibat banjir air bah itu jalan itu
terendam dan tidak bisa dilintasi oleh kendaraan, khususnya sepeda motor dan
kendaraan kecil. Padahal jalan itu merupakan jalur utama Bandung - Majalaya.
Kabar buruk
lain datang bagi penghuni rumah yang memutuskan untuk tidak mengungsi dan tetap
tinggal dirumah masing-masing. PLN terpaksa menghentikan pasokan aliran listrik.
Tujuannya demi menjaga faktor keamanan di kawasan banjir.
Manajer Distribusi PLN Distribusi
Jawa Barat Agus Kuswardoyo mengatakan, pemadaman sudah dilakukan sejak Sabtu 12
Maret 2016 malam hingga hari ini. "Sampai pukul 13.00 WIB tadi ada 17
gardu yang dipadamkan listriknya oleh PLN dengan jumlah pelanggan 8.554,"
kata Agus dalam siaran persnya, Minggu (13/3/2016).
Adapun
kawasan yang listriknya dipadamkan PLN adalah sebagian wilayah Bojongsoang,
Dayeuhkolot, dan Baleendah. Diputusnya aliran listrik sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP). PLN langsung memadamkan listrik dari gardu jika
ketinggian air mencapai 1 meter atau ada permintaan.
PLN pun menyebar petugas ke
berbagai titik di kawasan banjir. Mereka berjaga-jaga untuk melakukan tugasnya
berkaitan dengan aliran listrik agar tidak jatuh korban.
"Untuk mencegah warga
tersetrum akibat adanya aliran listrik saat banjir, kita mengimbau kepada warga
yang tempat tinggalnya mulai tergenang untuk segera melapor ke call center PLN
di nomor 022123 agar petugas segera memadamkan pasokan listrik ke wilayah
tersebut," pungkasnya.
Tak hanya sampai disitu, bencana
didalam bencana memang kerap terjadi. Akibat lain yang ditimbulkan dalam
guyuran hujan menyebabkan longsor di Kampung Lemburkebon RT 3 RW 7 Desa
Padasuka, Kec Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Beruntung, tidak ada korban jiwa
dalam bencana susulan tersebut karena para penghuni rumah yang masih didalam
berhasil menyelamatkan diri dengan keluar dari hunian mereka meskipun akhirnya
rumah mereka tertimbun material longsor seluruhnya.
Dibelakang
semua bencana yang telah terjadi, ada seseorang yang mengaku kerap di bully dan disangkutpautkan dengan
bencana alam tersebut. Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung itu memang akhir-akhir
ini terlihat sering di sindir dan di bully
oleh netizen terkait bencana banjir Kabupaten Bandung. Padahal, kesalahan bukan ada pada Ridwan
Kamil selaku Wali Kota Bandung melainkan para netizen sendiri yang kurang
teliti dalam membaca berita yang tersebar di media social. Mereka dianggap
hanya membaca judul berita saja, tidak beserta isi berita yang terkait.
Alhasil, mereka menyimpulkan bahwa banjir tersebut terjadi di Kota Bandung.
Jadi sangat
jelas kejanggalan disini menurut Ridwan Kamil. Sangat disayangkan, mengapa
malah kebanyakan mayoritas publik Kota Bandung yang banyak mengeluh banjir
dimana-mana padahal sebenarnya yang terjadi berada diluar Kota Bandung itu
sendiri. Yang lebih membuat jengkel, mereka juga tidak lelah mengeluh saat
musim kemarau tiba, dan membawa-bawa masalah baru seperti krisis air.
Beliau pun
meminta awak media massa untuk memberikan informasi yang lengkap dan akurat
dalam arti tidak setengah-setengah dalam memuat judul berita karena akan
menimbulkan salah penafsiran yang mungkin bisa berakibat fatal pada pihak
tertentu.
"Ini sering banget terjadi dari dulu. Cicalengka banjir, ngambek ke
saya. Pasar Lembang kebakaran ngambek ke saya, Cimahi juga kadang-kadang. Jadi
apa susahnya media mengakurasikan nama letak (kejadian) itu seakurat
mungkin," tandas Emil.
Untuk membenahi kesalahan yang
terjadi, Ridwan Kamil menantang para mahasiswa untuk membuat inovasi baru
material jalan anti banjir. Sehingga, ketika air jatuh diatasnya, material
tersebut akan meresap air kebawah dan air tidak akan tergenang. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan akan segera memakainya jika ada yang
memiliki inovasi tersebut. "Kalau ada, minggu depan saya langsung
pakai," ucapnya.
Sejauh ini, ia pun belum menemukan
material yang dimaksudnya di Indonesia. Material jalan yang bisa menyerap air dinilai
jadi solusi nyata agar warga tidak mengeluh saat hujan karena banjir atau
kekeringan saat musim kemarau.
Annisa Mutia
1113140
3KA11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar